Atambua(Humas) - Madrasah Aliyah Al-Muhajirin Atambua melaksanakan Masa Ta'aruf Siswa Madrasah (Matsama), bagi siswa/i baru Tahun ajaran 2021/2022. Kegiatan Matsama ini dilaksanakan dari tanggal 13 s.d. 15 Juli 2021, dan digelar secara tatap muka dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Padaartikel kali ini kami akan mencoba membahas apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing bahan batik tersebut. Sehingga, anda pun dapat mempertimbangkan nya mulai dari sifat bahan hingga dari harga yang kami tawarkan. Batik Madrasah Aliyah; Batik Madrasah Tsanawiyah; Hubungi Kami. Handphone & Whatsapp : 0813-1028-6881. Email
KEUNGGULANDAN KEKURANGAN SISTEM PEMBELAJARAN SAAT SAYA MENEMPUH PENDIDIKAN MI-MA Oleh : Ahmad Ali Musyafa' Ketika saya menempuh jalur pendidikan mulai dari Madrasah Ibtida'iyah (MI) hingga Madrasah Aliyah (MA) banyak sekali sistem pembelajaran yang sudah saya peroleh. Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang di terapkan pada saat saya
danpengarahan yang begitu bermanfaat sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Drs. Usman Affandi selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah Negeri 2 Jepara, yang berkenan memberikan ijin penelitian. 6. Didik Fitriyanto, S.Pd. selaku guru mata pelajaran sejarah Madrasah Aliyah
Madrasahaliyah adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia yang setara dengan sekolah menengah atas. Pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Jenjang kelas dalam waktuh tempuh madrasah aliyah sama seperti sekolah menengah atas. Kelebihan Madrasah Aliyah Negeri Bontang dengan Sekolah Umum(SMA) antara lain:
InstrumenAsesmen Kompetensi Madrasah sedang difinalisasi. "Kegiatan ini merupakan bagian dari program REP-MEQR (Realizing, Education's Promise-Madrasah Education Quality Reform) yang bertujuan meningkatkan mutu pengelolaan dan layanan pendidikan madrasah," kata Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Moh Isom dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu
. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 100552 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d79ff262c43d0c5 โข Your IP โข Performance & security by Cloudflare
Apa Itu Madrasah Aliyah โ Teknologi madrasah sebagai nama lembaga pendidikan Islam belakangan ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Dimana tingkatan madrasah di dalam dunia sekolah Indonesia sendiri terbagi menjadi beberapa kelas, salah satunya yaitu Madrasah Aliyah MA.Secara garis besarnya, MA merupakan satu tingkatan atau jenjang pendidikan setara dengan Sekolah Menengah Atas SMA yang berada di bawah koordinasi Depdiknas atau Kementrian Agama. Jika dilihat dari segi jenjang kelas dalam waktu tempuh di MA, sebenarnya sama saja seperti SMA pada Itu Madrasah Aliyah?Tujuan Madrasah AliyahJurusan di Madrasah AliyahKelebihan Madrasah Aliyah1. Mendapatkan Pengetahuan Umum dan Agama2. Mengenal Lebih Dekat Tentang Islam3. Membentuk Karakter Anak Sesuai Ajaran Agama IslamKekurangan Madrasah Aliyah1. Sekolah di MA Lebih Menyita Waktu2. Waktu bermain Siswa Lebih SedikitKesimpulanNamun sayangnya, masih ada cukup banyak orang di luar sana mengeluhkan bahwa mereka belum benar-benar memahami tentang jenjang pendidikan tersebut. Hal ini tentunya menjadikan sebagian orang belum merasa percaya secara penuh tentang Islam setara SMA dari itu, apabila diantara kalian ingin melanjutkan jenjang sekolah di Madrasah Aliyah, ada baiknya cari tahu terlebih dahulu seluk beluknya. Untuk membantunya, kali ini kami akan menjelaskan mengenai apa itu Madrasah Aliyah mulai dari pengertian, tujuan, daftar jurusan hingga kelebihan beserta pembahasan berlanjut mengenai apa tujuan dan apa saja jurusan yang tersedia di Madrasah Aliyah, sebaiknya pahami terlebih dahulu sekilas pengertiannya. Secara garis besarnya, Madrasah Aliyah atau biasa disingkat MA merupakan jenjang sekolah formal di Indonesia yang setara dengan sekolah setingkat dengan SMA ini dikelola secara langsung oleh pemerintah Indonesia di bawah koordinasi Kementrian Agama. Sama halnya seperti SMA pada umumnya, pendidikan di MA mempunyai masa studi tiga tahun bagi para peserta didik, mulai dari kelas 10/X hingga kelas 12/ diketahui, pada dasarnya kurikulum MA sama dengan kurikulum SMA, hanya saja pada jenjang madrasah ini terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama Islam. Selain itu, MA juga termasuk program wajib tidak belajar pemerintah, sebagaimana siswa SD atau sederajat 6 tahun dan SMP atau sederajat 3 Madrasah AliyahSetelah mengetahui apa itu Madrasah Aliyah, maka selanjutnya kalian tinggal mencari tahu apa saja tujuan diterbitkannya lembaga belajar mengajar tersebut. Seperti sudah disinggung di awal, MA merupakan satuan pendidikan dalam jenjang sekolah menengah dalam bentuk sekolah menengah umum yang berciri khas agama lama masa belajar di MA sendiri yaitu 3 tahun setelah Madrasah Tsanawiyah atau setelah sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ataupun satuan pendidikan yang setara. Sekolah MA sendiri mempunyai beberapa tujuan ataupun fungsi di dunia pendidikan sekolah di Indonesia, diantaranya yaitu seperti berikut ilmu pengetahuan peserta didik guna melanjutkan pada jenjang lebih pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta kesenian yang dijiwai ajaran agama kemampuan peserta didik sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial dan budaya serta alam sekitarnya yang dijiwai sesuai dengan ajaran dalam penerapannya, isi kurikulum Madrasah Aliyah merupakan susunan bahan kajian serta pelajaran untuk mencapai tujuan MA dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional. Dengan kata lain, beberapa kurikulum di MA tersebut diwujudkan sebagai ciri khas agama di Madrasah AliyahKurang lengkap rasanya apabila sudah mengetahui apa itu Madrasah Aliyah dan apa saja tujuannya, namun kalian tidak mengetahui apa saja jurusan-jurusan yang ditawarkan kepada para peserta didik. Dimana MA sendiri menyelenggarakan pendidikan pada 4 jurusan, diantaranya yaitu seperti di bawah Pengetahuan Pengetahuan sudah dijelaskan sebelumnya, sebenarnya kurikulum MA sama dengan kurikulum di SMA, hanya saja porsi pembelajaran mengenai pendidikan agama Islam di MA jauh lebih banyak. Selain itu, terdapat juga beberapa mata pelajaran tambahan yang diajarkan kepada peserta didik dari itu, sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan untuk melanjutkan jenjang sekolah di Madrasah Aliyah, di bawah ini akan kami berikan beberapa daftar mata pelajaran di jenjang pendidikan PancasilaPendidikan Agam IslamAl Quran dan HadistAqidah dan AkhlaqFiqihSejarah Kebudayaan IslamBahasa ArabPendidikan KewarganegaraanBahasa dan Sastra IndonesiaSejarah Nasional dan UmumMatematikaPengetahuan AlamPengetahuan SosialBahasa InggrisBahasa ArabJasmani dan KesehatanSeniKelebihan Madrasah AliyahDi atas sudah dijelaskan secara lengkap mengenai apa itu Madrasah Aliyah mulai dari pengertian, tujuan hingga fungsi beserta apa saja jurusannya. Apabila melihat perkembangannya hingga sekarang, maka MA sebenarnya juga tidak kalah saing dengan sekolah sederajat lagi, di beberapa kota MA juga menjadi salah satu sekolah favorit bagi peserta didik yang ingin melanjutkan jenjang pendidikannya. Maka dari itu, di bawah ini akan kami berikan beberapa keunggulan MA yang menjadikan sebuah alasan kenapa MA patut untuk Mendapatkan Pengetahuan Umum dan AgamaSalah satu kelebihan mendapatkan pembelajaran di jenjang MA yaitu siswa akan diberikan pendidikan umum serta agama Islam. Adapun persentase masing-masing pengetahuan tersebut pastinya sama besar, sehingga diharapkan terdapat keseimbangan antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama yang didapatkan peserta Mengenal Lebih Dekat Tentang IslamSesuai dengan namanya, Madrasah Aliyah merupakan sekolah Islam yang ada di Indonesia hingga saat ini. Maka dari itu, melalui MA tersebut setiap siswa mempunyai kesempatan lebih baik dalam mengenal lebih dekat tentang agama Membentuk Karakter Anak Sesuai Ajaran Agama IslamKeunggulan MA terakhir yaitu bisa membentuk karakter anak sesuai dengan ajaran agama Islam, entah itu dari Al Quran maupun Hadist. Ketika siswa lulus dari bangku MA, maka mereka diharapkan bisa menjadi pribadi muslim dengan akhlak sesuai ajaran agama Madrasah AliyahMeskipun jenjang MA setara SMA ini mempunyai cukup banyak keunggulan, namun tetap saja bahwa sekolah ini memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan yang perlu diperhatikan. Buat kalian yang bertanya-tanya apa saja kekurangannya, simak baik-baik penjelasannya di bawah Sekolah di MA Lebih Menyita WaktuKetika memutuskan untuk menyekolahkan anak di MA, maka kalian harus siap bahwa anak akan pergi dari pagi dan pulang sore setiap harinya. Hal tersebut bukan tanpa alasan, pasalnya selain mendapatkan pendidikan formal, peserta didik MA juga akan diberikan mata pelajaran tambahan tentang ajaran agama Waktu bermain Siswa Lebih SedikitKemudian kekurangan menempuh jenjang sekolah di MA yaitu waktu bermain siswa atau peserta didik akan jauh lebih sedikit. Akan tetapi, sebenarnya hal ini akan menguntungkan bagi para orang tua, sebab anak-anak akan lebih memanfaatkan waktunya untuk sekiranya penjelasan dari seputar apa itu Madrasah Aliyah mulai dari pengertian, tujuan dan fungsi, daftar jurusan hingga kelebihan beserta kekurangannya. Semoga informasi di atas dapat dijadikan sebagai referensi ketika ingin melanjutkan jenjang pendidikan di gambar
ArticlePDF Available AbstractOne part of the subjects of national education is Islamic education. As for the grouping of Islamic teachings in the form of subjects in Madrasah ranging from Madrasah Ibtidaiyah MI, Madrasah Tsanawiyah MTs, and Madrasah Aliyah MA, there are subjects devoted to religious specialization. At the level of Madrasah Aliyah MA, the specialization of the Religious sciences was developed in the form of study-specific subjects and there were also subjects that served as supporters such as the subjects of Islamic Cultural History. In this paper, the author analyzes the student manual for the subjects of Islamic Culture History class XI Scientific Approach Curriculum 2013 using an analytical study approach in terms of the order of subject matter in the book and the double movement hermeneutics study approach ala Fazlur Rahman. The results of this study explain that the SKI subjects have been elaborated with clear and detailed indicators, but the subject matter of the SKI has not provided an analysis description for the development of scientific insights of students in answering the actual problems, for example, the plurality that characterizes the Indonesian nation. Therefore, the SKI study must involve Fazlur Rahman's hermeneutic analysis and Nietzsche's critical history analysis to read past phenomena to build on current progress in accordance with the mandate of National Education System Law No. 20 of 2003. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. 70 Vol. 2, No. 1, Januari โ Juni 2018 ANALISA MATERI PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH ALIYAH KELAS XI DAN RELEVANSINYA DI INDONESIA Siti Masulah1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah Nahdlatul Ulama Bengkulu Info Artikel Sejarah Artikel Diterima; Desember 2017 Disetujui; Januari 2018 Dipublikasikan; Maret 2018 Keywords Hermeneutics; islamic cultural history; the plurality of nations Abstract One part of the subjects of national education is Islamic education. As for the grouping of Islamic teachings in the form of subjects in Madrasah ranging from Madrasah Ibtidaiyah MI, Madrasah Tsanawiyah MTs, and Madrasah Aliyah MA, there are subjects devoted to religious specialization. At the level of Madrasah Aliyah MA, the specialization of the Religious sciences was developed in the form of study-specific subjects and there were also subjects that served as supporters such as the subjects of Islamic Cultural History. In this paper, the author analyzes the student manual for the subjects of Islamic Culture History class XI Scientific Approach Curriculum 2013 using an analytical study approach in terms of the order of subject matter in the book and the double movement hermeneutics study approach ala Fazlur Rahman. The results of this study explain that the SKI subjects have been elaborated with clear and detailed indicators, but the subject matter of the SKI has not provided an analysis description for the development of scientific insights of students in answering the actual problems, for example, the plurality that characterizes the Indonesian nation. Therefore, the SKI study must involve Fazlur Rahman's hermeneutic analysis and Nietzsche's critical history analysis to read past phenomena to build on current progress in accordance with the mandate of National Education System Law No. 20 of 2003. ยฉ 2018 Fakultas Agama Islam Universitas Nurul Jadid 1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah NU Email sitimasulah74319 Siti Masulah / edureligia Vol. 2, No. 1, 2018 71 PENDAHULUAN Sebagai negara yang paling majemuk baik dari segi sosio-kultural maupun geografis, Indonesia menjadi dapat menjadi contoh ideal dalam membangun pluralitas hidup bangsa. Sekarang ini, jumlah pulau di Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI sekitar pulau besar dan kecil, lebih dari 200 juta jiwa penduduk dengan 300 suku dan menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Demikian juga warganya menganut agama dan kepercayaan yang beragam. Dari cara pandang, tindakan dan wawasan setiap individu juga memiliki beragam pandangan dalam melihat fenomena sosial, budaya, ekonomi, politik dan hal-hal lainnya. Negara bangsa Indonesia terdiri atas sejumlah besar kelompok-kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain. Menurut Hefner, Indonesia memiliki wawasan dan tantangan pluraltas budaya lebih tampak. Dari sisi horizontal, ada kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta perbedaan kedaerahan, sedangkan secara vertikal, ada perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam baca Nasikun, 2007. Dengan kondisi demikian, negara Indonesia sangat tepat sekali menjadikan prinsip bhinneka tunggal ika dalam tata kehidupan plural dari berbagai seginya Sapendi, . Sebagai bagian dari kegiatan hidup berbangsa dan bernegara, pendidikan memiliki peran penting dalam menyiapkan sumberdaya manusia dalam menjawab realita pluralitas hidup bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari perwujudan dari cita-cita bangsa, kegiatan pendidikan dilakukan sesuai dengan amanah Undang-Undang Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 3, yaitu โPendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.โ Dengan tujuan pendidikan tersebut, pendidikan secara nasional dinyatakan berhasil jika peserta didik memiliki sikap yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, sehat lahir dan batin, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian, pendidikan nasional โberfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.โ Oleh sebab itu, fungsi pendidikan secara nasional tidak hanya membentuk perkembangan peserta didik dalam bidang jasmani dan rohani tetapi juga mengembangkan pribadi, kewarganegaraan, budaya dan kebangsaan Thalib & Bahrun, 2014. Salah satu bagian dari mata pelajaran dari pendidikan nasional adalah pendidikan Agama Islam yang secara substantif telah mengajarkan kesempurnaan dan berbagai panduan untuk dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari untuk mencapai tujuan kehidupan yang penuh kedamaian dan rasa aman. Oleh karena itu pengelompokkan ajaran agama Islam di dalam bentuk mata pelajaran di lingkungan Madrasah mulai dari jenjang Madrasah Ibtidaiyah MI, Madrasah Tsanawiyah MTs, dan Madrasah Aliyah MA terdapat mata pelajaran yang dikhususkan untuk peminatan Keagamaan. Pada tingkat Madrasah Aliyah MA, peminatan ilmu-ilmu Keagamaan tersebut dikembangkan dalam bentuk kajian khusus mata pelajaran seperti a. Tafsir- Ilmu Tafsir, b. Hadits- Ilmu Hadits, c. Fiqih- Ushul Fiqih, d. Ilmu Kalam, e. Akhlak. Ada juga mata pelajaran yang berperan sebagai pendukung dalam proses pembekalan materi tersebut misalnya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam dan juga mata pelajaran Bahasa Arab. Mulai tahun ajaran 2014-2015 seluruh Madrasah yang berada di bawah pembinaan Kementerian Agama RI diharapkan mulai siap melaksanakan Kurikulum 2013. Hal ini pun sudah diatur dalam Peraturan Menteri Agama PMA tentang Kurikulum 2013 yang berisi Kerangka Dasar Kurikulum Madrasah 2013, Standar Kompetensi Lulusan SKL, Standar Kompetensi Inti, Standar Kompetensi Dasar, Standar Proses dan Standar Penilaian. Sebagai panduan implementasi Kurikulum 2013, maka Kementerian Agama telah menyiapkan model silabus Pembelajaran PAI di Madrasah, dengan menerbitkan buku-buku pegangan baik untuk guru maupun siswa. Buku pedoman tersebut menjadi kebutuhan pokok dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Madrasah. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menganalisis buku pedoman siswa untuk mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam kelas XI Pendekatan Saintifik Kurikulum Siti Masulah / edureligia Vol. 2, No. 1, 2018 72 2013. Buku yang akan di analisa adalah buku terbitan Kementerian Agama Republik Indonesia menggunakan Kurikulum 2013 kaitannya dengan relevansi kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk dari berbagai seginya. Dalam rangka mencari relevansi kajian mata pelajaran buku SKI tersebut, kajian ini menggunakan pendekatan disamping menggunakan kajian Analisis dari Segi Urutan Materi Pelajaran di dalam Buku, juga menggunakan pendekatan kajian hermeneutika double movement ala Fazlur Rahman yang menjelaskan bahwa pembacaan teks termasuk sejarah seharusnya tidak hanya dibaca apa adanya tetapi harus dibaca spiritnya melalui cara kembali pada kondisi asli lahirnya teks dan kemudian ditarik spiritnya untuk dirumuskan pesan idealnya di masa kini Rahan, 1984. DESKRIPSI BUKU SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS XI MADRASAH ALIYAH Buku Sejarah Kebudayaan Islam yang akan di analisa adalah buku pedoman siswa untuk kelas XI Madrasah Aliyah. Buku ini diterbitkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku ini disusun oleh M. Husain Tuanaya, Miftachul Ula, Mariyah Ulfah sebagai tim konstributor naskah, dan ditelaah oleh Hasibullah Satrawi dan Muhtadin, yang mana keduanya baik tim penyusun dan penelaah tetap berada di bawah koordinasi Kementerian Agama KEMENAG RI, 2015. Sebagaimana yang disebutkan dalam kaidah Ushul Fiqih, โ Ma la yatimmu al- wajib illa bihi fahuwa wajibโ suatu kewajiban tidak menjadi sempurna tanpa adanya hal lain yang menjadi pendukungnya, maka hal lain tersebut pun ikut menjadi wajib. Begitu juga dengan perintah menuntut ilmu, maka secara tidak langsung juga terkandung perintah untuk menyediakan sarana-sarana pendukungnya, semisal buku bahan ajar. Buku pedoman baik yang untuk guru maupun siswa ada baiknya disusun dengan pendekatan ilmiah scientific approach yang telah dilakukan dengan berbagai proses tahapan. Dalam buku ini materi isi yang akan diajarkan di bagi menjadi dalam kurun waktu dua semester, semester 1 terdiri dari 4 bab dan semester 2 juga ada 4 bab materi pokok bahasan. Masing-masing materi pelajaran yang akan diberikan di kelas XI adalah sebagai berikut Semester I Bab 1 Proses Lahirnya dan Fase-Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1. Silsilah Khalifah Bani Umayyah 1 2. Proses Lahir dan Fase-Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1 3. Fase-Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1 Bab II Khalifah-Khalifah yang Terkenal dan Kebijakan Pemerintahan Bani Umayyah 1 1. 14 Khalifah Bani Umayyah 1 yang Berkuasa 2. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah yang Terkenal 3. Kebijakan-Kebijakan Pemerintahan Bani Umayyah 1 Damaskus Bab III Perkembangan Peradaban Bani Umayyah 1 Damaskus 1. Proses Kodifikasi Hadits Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz. 2. Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Umayyah 1 3. Peradaban yang Tumbuh pada Masa Bani Umayyah 1. Bab IV Masa Kelemahan sampai Runtuhnya Bani Umayyah 1 Damaskus 1. Faktor-Faktor Penyebab Mundurnya Bani Umayyah 1. 2. Faktor-Faktor Pemicu Munculnya Pemberontakan. 3. Kelebihan dan Kekurangan Bani Umayyah 1. 4. Proses Runtuhnya Bani Umayyah 1 di damaskus. Semester II Bab V Proses Lahirnya dan Fase-Fase Pemerintahan Bani Abbasiyah 1. Proses Lahirnya Abbasiyah. 2. Fase-Fase Pemerintahan Bani Abbasiyah. Bab VI Khalifah-Khalifah Abbasiyah yang Terkenal dan Kebijakan Pemerintahan Abbasiyah 1. Khalifah-Khalifah Abbasiyah yang Terkenal. 2. Kebijakan Khalifah Bani Abbasiyah. Bab VII Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Abbasiyah 1. Suasana Tumbuhnya Peradaban Ilmu Pengetahuan Masa Abbasiyah. 2. Bentuk Peradaban Hasil Riset dari Para Ahli dan Tokoh-Tokohnya. 3. Pusat-Pusat Peradaban Masa Bani Abbasiyah. 4. Pengaruh Peradaban Islam terhadap Dunia Barat. Bab VIII Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Abbasiyah a. Faktor Penyebab Munculnya Pemberontakan Masa Abbasiyah. Siti Masulah / edureligia Vol. 2, No. 1, 2018 73 b. Faktor Penyebab Runtuhnya Bani Abbasiyah. Pada masing-masing babnya terdapat banyak sekali proses pembelajaran mulai dari pengamatan, perenungan, menghubungkan dan menalar, mengambil ibrah dan pembelajaran, hal ini dipermudah dengan adanya peta konsep untuk menambah wawasan pada masing-masing bahasan tiap semesternya. Kegiatan tersebut di akhiri dengan asah kompetensi dengan menjawab beberapa pertanyaan untuk menguji sejauh apa pemahaman siswa akan pembahasan di bab tersebut. Peta konsep yang disajikan di buku ini adalah sebagai berikut Semester I Bani Umayyah 1 a. Latar belakang lahirnya. b. Proses lahirnya. c. Kebijakan khalifah. d. Khalifah-khalifah yang memerintah. e. Khalifah yang terkenal. f. Perkembangan peradaban ilmu pengetahuan. g. Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan. h. Pusat-pusat peradaban. i. Faktor-faktor penyebab runtuhnya. j. Proses runtuhnya. Semester II Bani Abbasiyah a. Latar belakang lahirnya. b. Proses lahirnya. c. Khalifah-khalifah yang memerintah. d. Khalifah yang terkenal. e. Kebijakan khalifah. f. Perkembangan peradaban ilmu pengetahuan. g. Tokoh-tokoh ilmu pengetahuan. h. Pusat-pusat peradaban. i. Pengaruh peradaban Islam terhadap dunia Barat. j. Faktor-faktor penyebab runtuhnya. PEMBAHASAN Kajian Analisis dari Segi Urutan Materi Pelajaran di dalam Buku Untuk melakukan proses analisa tersebut pada masing-masing bab dan materi pelajaran yang terdapat di buku SKI kelas XI ini, maka juga harus dipertimbangkan dari segi Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang sesuai dengan Keputusan Menteri Agama KMA No. 165 Tahun 2014 sudah terpenuhi atau belum. Berdasarkan uraian tersebut, berikut akan dilakukan analisis pada setiap bab dan materi dalam buku SKI kelas XI sebagai berikut Tabel 1. Semester Ganjil Menghayati dan menghayati ajaran agama yang dianutnya Menyadari bahwa kekuasaan adalah amandah dari Allah SWT Menyadari bahwa dalam perjuangan ada fase-fase yang harus dilewati Meyakini bahwa berdakwah dan melakukan hal-hal yang bermanfaat adalah kewajiban setiap muslim. Meyakini bahwa ilmu pengetahuan adalah bekal penting bagi manusia untuk meraih kesuksesan. Menyadari bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai macam potensi sehingga mampu menciptakan peradaban. Mensyukuri nikmat Allah SWT berupa kekayaan peradaban yang diraih umat Islam Bab 1 Proses Lahirnya dan Fase- Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1. Silsilah Khalifah Bani Umayyah 1. 2. Proses Lahir dan Fase-Fase Pemerintahan Bani Umayyah 1. 3. Fase-Fase Pemerintahan Bani Umayyah a. Fase berdiri, pembentukan dan pembinaan. b. Fase kemajuan. c. Fase lemah sampai runtuhnya Materi yang disampaikan di dalam buku cukup menggambarkan sinopsis tentang fase awal dari Bani Umayyah di Damaskus secara ringkas dan jelas langsung pada pokok pembahasan Mengembangka n perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan Membiasakan sikap bijaksana dalam kehidupan sehari-hari sebagai inplementasi dari pemahaman mengenai proses lahirnya Bani Umayyah di Damaskus. Bab II Khalifah-Khalifah yang Terkenal dan Kebijakan Pemerintahan Bani Umayyah 1 1. 14 Khalifah Bani Umayyah 1 yang Berkuasa. 2. Khalifah-Khalifah Materi yang disampaikan bertujuan untuk memberikan gambaran tentang berbagai keberhasilan- keberhasilan yang telah dicapai Bani Umayyah Siti Masulah / edureligia Vol. 2, No. 1, 2018 74 aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam, serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Meneladani perilaku mulia dari Khalifah Bani Umayyah Damaskus sebagai implementasi dari pemahaman mengenai dinasti Bani Umayyah di Damaskus. Menunjukkan sikap dinamis sebagai implementasi dari pemahaman tentang keberhasilan Bani Umayyah di Damaskus. Mencintai ilmu pengetahuan yang ditunjukkan dengan semangat belajar yang maksimal. Memiliki sikap semangat mengembangkan ilmu pengetahuan dan kerja keras sebagai implementasi dari pemahaman tentang pusat-pusat peradaban Islam pada masa pemerintahan Bani Umayyah Damaskus. Menghargai karya orang lain sebagai implementasi dari pemahaman tentang Bani Umayyah yang Terkenal. a. Prestasi khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. b. Prestasi khalifah Marwan bin Hakam. c. Prestasi khalifah Walid bin Abdul Malik d. Prestasi khalifah Umar bin Abdul Aziz. 3. Kebijakan- Kebijakan Pemerintahan Bani Umayyah 1 Damaskus. di Damaskus. Mampu mempresentasikan tentang perkembangan ilmu dan kemajuan peradaban pada masa itu. Pada penyampaian materi di bab ini kekurangannya adalah pembahasan langsung pada prestasi masing-masing khalifah tanpa ada pendahuluan seperti a. Profil khalifah. b. Proses pengangkatan. Model bentuk kepemimpinan. Analisa dari perspektif hermeneutik dalam Relevansi Dalil Ayat atau Hadits yang digunakan dalam Materi. Karena buku yang di analisa adalah buku Sejarah Kebudayaan Islam SKI, jadi di dalam materi-materi yang disampaikan hanya berkisah seputar kejadian masa lampau. Sementara itu, prinsip pendidikan bertujuan untuk memberikan orientasi ke masa depan, sehingga materi SKI seharusnya juga memberikan analisis pada manfaat bagi pengembangan keilmuan dan daya saing peserta didik. Oleh sebab it u, M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI, dalam sejumlah kesempatan menegaskan bahwa perbedaan antara sekolah/universitas dan museum, yakni kalau museum adalah melihat ke masa lalu, puing-puing sejarah masa lalu apa adanya tanpa pemaknaan baru untuk kepentingan masa kini, sehingga tidak ada inovasi baru di dalam museum. Sebuah anak bangsa tidak boleh terlena dengan kemajuan dan kejayaan masa lalu, sebab hal itu bagian dari sejarah, itu kejayaan mereka di masa lalu, tetapi yang harus dilakukan anak bangsa adalah bagaimana membuat sejarah baru dengan kesuksesan diri anak bangsa yang hidup pada zamannya. Salah satu contohnya, orang Makassar misalnya tidak boleh terus menerus membanggakan kehebatan kapal Pinisi, kapal buatan orang Bugis terbuat dari kayu namun sangat kuat untuk digunakan sebagai pengangkut barang, sedangkan saat ini untuk mengangkut kontainer, telah terbuat kapal yang mempunyai teknologi canggih. Dengan demikian, anak bangsa ini dengan adanya sekolah atau universitas harus mampu membuka wawasan dan ilmu yang melihat ke masa depan, bukan ke masa lalu Abdullah & Bella, 2015. Dengan demikian, sekolah harus memiliki visi ke masa depan yang harus dipenuhi oleh inovasi dan daya saing, sehingga materi pelajaran harus selalu diperbaharui sesuai dengan kebutuhan zaman agar materi pelajaran mampu memberikan pencerahan bagi peserta didik sehingga bisa meningkatkan kemampuan inovasi dan daya saing. Dengan demikian, tujuan dari materi-materi Sejarah Kebudayaan Islam dimaksudkan untuk membuat peserta didik dapat mengetahui dan memahami, meneladani serta dapat mengambil ibrah dan pembelajaran dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi untuk kepentingan inovasi dan daya saing dalam menghadapi persaingan global yang kompetitif. Dari segi analisa hermeneutika, dalam buku ini yang menjadi salah satu kekurangannya Siti Masulah / edureligia Vol. 2, No. 1, 2018 75 adalah tiap-tiap materi yang disampaikan meskipun cukup mudah dipahami karena ringkas dan jelas, tidak menyertakan dalil baik berupa ayat al-Qurโan maupun hadits sebagai pendukung materi dalam setiap pembahasannya, sehingga untuk mempertajam materi analisis dan memperkuat landasan pembacaan ideal moral setiap peristiwa belum bisa dilakukan secara optimal. Dengan meminjam bahasa Khaled Abou El Fadl dalam karyanya yang berjudul Speaking in Godโs Name Islamic Law, Authority, and Women, penulis dapat menerangkan bahwa jika pembahasan sejarah tidak dilakukan secara kritis, maka pembacaan terhadap peradaban masa lalu menjadi otoriter, sedangkan yang dibutuhkan untuk membaca sejarah kebudayaan Islam adalah pembacaan kritis berdasarkan dalil-dalil otoritatif, yakni al-Qurโan dan hadis. Oleh sebab itu, pembacaan sejarah kritis terhadap sejarah kebudayaan Islam diharapkan mampu membongkar wacana dogmatis pendidikan agama Islam, misalnya bidang sejarah kebudayaan Islam terutama masalah doktrin khilafah negara Islam yang dipahami kaum Muslim fundamentalis seperti Jamaah Islamiyah sebagai doktrin, sehingga dengan demikian, paradigma doktrinal itu harus diubah dan harus diposisikan sebagai hasil ijtihad manusia yang relatif. Implikasinya, jika paradigma ijtihad itu diubah dalam memahami sistem khilafah itu, maka sistem khilafah itu bukan lagi diposisikan sebagai doktrin, tetapi hal itu adalah hasil ijtihad/pembacaan dari produk sejarah kebudayaan Islam masa lalu yang saat ini harus dikaji ulang dan dipahami ulang secara kritis dalam kehidupan modern dan demokratis di masa kini berdasarkan dalil-dalil otoritatif, yakni al-Qurโan dan hadis El Fadl, 2003. Dalam pembacaan kritis ini, pluralitas pemahaman keislaman dapat terwujud yang mana hal itu sangat relevan di Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang sangat majemuk. Negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai pulau Rote tampak berjajar pulau-pulau dengan komposisi dan kontruksi yang beragam. Di pulau-pulau tersebut berdiam penduduk dengan ragam suku bangsa, bahasa, budaya, agama, adat istiadat, dan keberagaman lainnya ditinjau dari berbagai aspek. Secara keseluruhan, pulau-pulau di Indonesia berjumlah buah pulau besar dan kecil Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2012. Berdasarkan analisis tersebut, kajian ini dapat memberikan sumbangan terhadap pembangan mata pelajaran Ilmu Sejarah Kebudayaan Islam di lingkungan Madrasah Aliyah yang dapat diuraikan sebagai berikut a. Mata Pelajaran SKI seharusnya tidak hanya memaparkan kondisi empiris yang terjadi di masa lampau, tetapi ada pemaknaan yang aktual untuk kepentingan masa kini, misalnya di dalam pelajaran pesantren atau madrasah, ada materi ihyaโ al-mawat menghidupkan tanah tak bertuan di dalam kitab kuning hanya sekedar itu maknanya tidak dikaitkan dengan kondisi aktual saat ini untuk kepentingan pembukaan lahan sejuta hektar untuk kepentingan masyarakat, izin penggunaan lahan PTPN atau hutan lindung. Demikian juga materi Dlaman tapi tidak pernah diaktualkan dengan bank garansi. b. Secara garis besar, mata pelajaran SKI seharusnya tidak terlalu fokus pada persoalan perang yang pernah dilakukan Nabi SAW, sahabat dan penerusnya tetapi seharusnya bisa memaknai apa rahasia di balik adanya perang itu dan alasan apa yang melatarbelakangi perang tersebut, sehingga hal itu bisa menjadi pelajaran untuk kemajuan umat Islam, apa sekedar untuk berkuasa penaklukan sebuah wilayah atau ada misi dakwah. Kenapa selama masa Nabi SAW dan para sahabat peperangan atau penaklukan yang telah dilakukan itu lebih banyak berhasilnya daripada gagalnya?. c. Mata pelajaran SKI hingga kini belum pernah memberikan ulasan yang sangat detail dan jelas, mengapa dinasti Umayyah dan Abbasiyah yang dinilai sebagai sebuah negara dinasti super power pada masa itu dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya yang tidak tertandingi pada saat itu hingga jatuh dan runtuh, maka pasti akan memunculkan pertanyaan besar, mengapa peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak mampu bangkit lagi sedahsyat yang pernah dimiliki Islam dan memenangkan persaingan peradaban pada masa sekarang, bahkan ironisnya hingga kini Timur Tengah sebagai pusat peradaban Islam yang pernah maju masihberkecamuk dalam perang saudara. Mengapa hal ini bisa terjadi? Kondisi ini harus kita pikirkan lebih Siti Masulah / edureligia Vol. 2, No. 1, 2018 76 lanjut, dengan mengambil sampel Jepang, tahun 1945 pernah hancur lebur dengan adanya bom Hiroshima dan Nagasaki sama dengan Indonesia tahun 1945 sama-sama baru mulai mengikrarkan diri merdeka, tapi kenapa kemudian Jepang lebih maju walaupun start-nya sama. Bisa jadi ini dikarenakan peradaban ilmu pentegahuan dan teknologi dari orang-orang Jepang sudah maju pada saat itu, sedangkan Indonesia pada waktu itu masih banyak yang buta huruf. Sebagai rekomendasi, harus bagaimana dan dari mana kita memulai untuk membangun peradaban Islam yang maju dan berdaya saing ke depan di Indonesia? Mata pelajaran SKI seharusnya bisa meminjam teori Double Movement teori gerakan ganda dari Hans George Gadamer yang sudah pernah dipraktikkan oleh Fazlur Rahman dalam melakukan reaktualisasi nilai-nilai ajaran Islam dalam menjawab realitas modern lewat proses pemahaman teks dengan melibatkan pencipta teks tersebut. Karena itu, teori yang tepat untuk melakukan analisis sejarah adalah teori Nietzsche dimana bukan hanya menggunakan analisis sejarah monumental yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan alat untuk mencapai pengetahuan kebanggaan masa lalu atau bahkan kekuasaan saja. Namun demikian, tujuan mendapatkan pengetahuan pun bukan hanya sebatas untuk sekedar tahu saja, tapi lebih kepada untuk mencapai tujuan kebenaran dari pengetahuan yang relevan dengan kepentingan aktual, sehingga analisisnya bisa menggunakan analisis sejarah kritis dari Nietzsche. Pembahasan dalam setiap bab pembahasan materi yang disampaikan disertakan seharusnya juga ada dalil ayat al Qurโan maupun hadits yang mendukung pembahasan materi-materi tersebut, sehingga hasil pembahasan keilmuannya bisa bersifat otoritatif, bukan otoriter. Salah wujud otentik โala Khalid El-Fadl-dari pembacaan ijtihad terhadap sejarah kebudayaan Islam terutama masa Nabi Muhammad saw adalah gerakan dakwah yang dilakukan para walisongo dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara, mereka ibarat danau yang memiliki kerohanian mendalam, pemikiran dan hati yang jernih, yang siap mengaliri dan memberikan kedamaian rohani kepada masyarakat sebagaimana dakwah Nabi Muhammad saw yang mengedepankan kedamaian dan kejernihan pikiran dan hati Siroj, 2014. Dengan meminjam bahasa Hasan Hanafi, bagaimana sifat-sifat Allah swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dapat diterjemahkan dalam tata pergaulan kehidupan budaya masyarakat dan bangsa, sehingga terwujud tata kehidupan budaya yang damai, toleran, dan sejahterah Hanafรฎ, 2015. KESIMPULAN Buku Sejarah Kebudayaan Islam ini disusun dalam rangka untuk memberi kemudahan dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Buku ini juga tentunya perlu pengembangan, perbaikan, pembaharuan mutakhir sesuai dengan dinamika perubahan zaman. Karena buku ini nantinya menjadi salah satu pendukung pokok peserta didik dalam proses belajar maka kualitas isi buku harusnya jadi prioritas. Isi tanpa ada ulasan-ulasan hikmah dan rahasia apa yang terjadi, tetapi seharusnya sudah mulai dipaparkan hikmah dan rahasia apa yang terjadi dari peristiwa itu, lebih-lebih kalau kemudian ditambah dengan relevansinya dengan pembangunan peradaban umat Islam atau bangsa yang majemuk di masa kini, sehingga materi pelajaran SKI itu tidak hanya sekadar sebagai ilmu sejarah murni tetapi juga telah memberikan sumbangan bermakna bagi pembangunan tata kehidupan peradaban umat Islam di masa kini. Di samping itu, materi pelajaran SKI tersebut pada kenyataannya juga masih ada beberapa kesalahan dalam hal penulisan dan tata bahasa. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Husain, dan Burhanuddin Bella eds, 74 Kumpulan Pidato Pilihan M Jusuf Kalla 2014-2015 Satu Digit, Jakarta Buku Republika, 2016. El Fadl, Khaled Abou, Speaking in Godโs Name Islamic Law, Authority, and Women, Oxford Oneworld Publications, 2003. Hanafรฎ, Hasan, Min al-Aqรฎdah ila al-Tsaurah, Kairo Maktabah Madbulah, Kalla, M Jusuf, Tinggalkan Sejarah Kejayaan, Buat Sejarah Baru, diakses 22 Februari 2017. Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2012. Rahman, Fazlur, Islam and Modernity Transformation of an Intellectual Siti Masulah / edureligia Vol. 2, No. 1, 2018 77 Tradition, Chicago dan London The University of Chicago Press, 1984. Rahman, Fazlur, Islamic Methodology in History, Karachi Central Institute of Islamic Research, 1965 Said, Asโad Ali, Al-Qaeda Tujuan Sosial-Politik, Ideologi dan Sepak Terjangnya, Jakarta LP3ES, 2014. Sapendi, โInternalisasi Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Pendidikan Tanpa Kekerasanโ, RAHEEMA Jurnal Studi Gender dan Anak. Siroj, Said Aqil, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara Menuju Masyarakat Mutamaddin, Jakarta LTNU, 2014. Thalib dan Bahrun, โImplementasi Pendidikan Multikultural Dalam Menciptakan Suasana Kondusif di SMA Negeri 3 Paluโ, ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, ISSN 2338-025X Vol. 2, No. 1 Januari-Juni 2014. Tuanaya, M. Husain, Miftachul Ula, Mariyah Ulfah Kontributor, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam, Pendekatan Sainstifik Kurikulum 2013, Jakarta Kementerian Agama RI, 2015. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Fazlur, Islamic Methodology in HistoryTradition, Chicago dan London The University of Chicago Press, 1984. Rahman, Fazlur, Islamic Methodology in History, Karachi Central Institute of Islamic Research, 1965Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Menciptakan Suasana Kondusif di SMA Negeri 3 PaluSiroj, Said Aqil, Islam Sumber Inspirasi Budaya Nusantara Menuju Masyarakat Mutamaddin, Jakarta LTNU, 2014. Thalib dan Bahrun, "Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Menciptakan Suasana Kondusif di SMA Negeri 3 Palu", ISTIQRA, Jurnal Penelitian Ilmiah, ISSN 2338-025X Vol. 2, No. 1 Januari-Juni 2014. Tuanaya, M. Husain, Miftachul Ula, Mariyah Ulfah Kontributor, Buku Siswa Sejarah Kebudayaan Islam, Pendekatan Sainstifik Kurikulum 2013, Jakarta Kementerian Agama RI, 2015.
Learning the History of Islamic Culture in Madrasas must be oriented, meaningful, and relevant to the times. Learning does not work well without using methods according to the material being taught. Learning the history of Islamic culture at this time has not been running as it should, as students' perceptions of learning the history of Islamic culture are boring. This study basically examines the problematics of learning the history of Islamic culture in Madrasah Aliyah in Aceh Jaya. The formulation of the problem what problems are faced in learning as well as what steps are taken in overcoming the problem of learning the history of Islamic culture ?. The results showed that students' perceptions of learning the history of Islamic culture were less interesting and could even be said to be boring. In order to improve the persession, there have been several attempts by teachers in the study of the history of Islamic culture in Madrasas. The efforts made by the teacher are 1 improving the learning strategy, the teacher of Islamic cultural history subjects has tried to do creativity, namely using a variety of methods, of course, student-centered; 2 provide motivation to learn every time a meeting; 3 assessing the process at each meeting; 4 using an individual, educational, experience and historical approach. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 15 DOI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM DI MADRASAH Abdul Haris Hasmar Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh, Indonesia email Abstract Learning the History of Islamic Culture in Madrasas must be oriented, meaningful and relevant to the times. Learning does not work well without using methods according to the material being taught. Learning the history of Islamic culture at this time has not been running as it should, as students' perceptions of learning the history of Islamic culture are boring. This study basically examines the problematics of learning the history of Islamic culture in Madrasah Aliyah in Aceh Jaya. The formulation of the problem what problems are faced in learning as well as what steps are taken in overcoming the problem of learning the history of Islamic culture ?. The results showed that students' perceptions of learning the history of Islamic culture were less interesting and could even be said to be boring. In order to improve the persession, there have been several attempts by teachers in the study of the history of Islamic culture in Madrasas. The efforts made by the teacher are 1 improving the learning strategy, the teacher of Islamic cultural history subjects has tried to do creativity, namely using a variety of methods, of course, student-centered; 2 provide motivation to learn every time a meeting; 3 assessing the process at each meeting; 4 using an individual, educational, experience and historical approach. Keywords Problematics; Learning; Islamic Culture History; Madrasah PENDAHULUAN Pendidikan agama Islam di Madrasah terdiri atas mata pelajaran al-Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqh dan Sejarah Kebudayaan Islam. Al-Quran Hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar, memahami makna secara tekstual dan kontekstual Al-Quran dan Hadits, serta mengamalkan kadungannya dalam kehiudpan sehari-hari. Aspek akidah menekankan pada kemampuan memahami dan Problematika Pembelajaranโฆ 16 mempertahankan keyakinan/ keimanan yang benar serta menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asmaโul husna. Aspek akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Aspek fiqh menekankan pada kemampuan melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Sedangkan aspek sejarah kebudayaan Islam menekankan pada kemampuan mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa bersejarah perkembangan agama Islam, meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkan dengan fenomena sosial, budaya politik, ekonomi, ilmu pengetahuan dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam dalam kurikulum Madrasah adalah salah satu bagian dalam mata pelajaran pendidikan agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya way of life melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, pelatihan, penggunaan pengetahuan dan pembiasaan. Mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam yang sangat mendasar adalah terletak pada kemampuan menggali nilai, makna, aksioma, ibrah/hikmah, dalil, dan teori dari fakta sejarah yang ada. Oleh karena itu dalam tema-tema tertentu indikator keberhasilan belajar akan sampai pada capaian ranah afektif. Jadi materi sejarah kebudayaan Islam tidak saja merupakan transfer of knowladge, tetapi juga merupakan pendidikan nilai value education. Kemampuan yang melekat pada sosok guru profesional salah satunya berkaitan dengan kemampuan mengembangkan bidang ilmu yang ditekuni atau bahan ajar yang sesusai dengan konteks kurikuler dan kebutuhan peserta didik paedagogical content knowladge. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran, yang kemudian dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 17 Permendiknas nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang antara lain mengatur tentang perencanaa proses pembelajaran yang mensyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Guru selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan bahan ajar dan mengimplementasikan dalam pembelajaran. Namun masalah penting yang sering dihadapi guru dalam kegiatan pembelajaran adalah memilih atau menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar yang tepat dalam rangka membantu siswa mencapai kompetensinya. Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam pada Madrasah secara baik haruslah berorientasi, bermakna dan relevan dengan perkembangan zaman, guru membuat kegiatan terprogram dalam desain instruksional, sehingga membuat siswa belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Selain daripada itu perlu juga dipahami bahwa pembelajaran tidak berhasil dengan baik tanpa menggunakan metode sesuai dengan materi yang diajarkan. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam saat ini belum berjalan sebagaimana mestinya, hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam sebagian besar masih pada batas KKM. Penelitian ini akan mengkaji apa yang sebenarnya terjadi dalam pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada Madrasah di Aceh Jaya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pembelajaran sejarah kebudayaan Islam yang bermanfaat sebagai referensi ilmu pengetahuan dan upaya mencari formula pembelajaran sejarah kebudayaan Islam. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian lapangan field research menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari penelitian. Metode deskriptif Problematika Pembelajaranโฆ 18 merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan dan menelaah pada masa-masa sekarang Lexy, 1999236. Penelitian ini dilakukan pada Madrasah di Aceh Jaya sedangkan pengumpulan data informasi didapatkan secara observasi dan wawancara, Imam Bawani, 201678. Analisis data menggunakan analisis kualitatif, yakni analisis data yang tidak dapat dinominasikan dengan menggunakan angka, melainkan disajikan berupa keterangan, penjelasan, dan pembahasan teori. Data hasil penelitian yang diperoleh, selanjutnya di analisis sesuai dengan tujuan penelitian. Setiap data yang didapatkan dari observasi dan wawancara dianalisis melalui 3 tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. PEMBAHASAN 1. Telaah Tujuan Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan persadaban Islam di masa lampau mulai dari masa nabi Muhammad periode Mekah dan Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan 650-1250, Perkembangan Islam pada abad pertengahan/kemundurun 1250-1800, Perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan 1800 sampai sekarang, perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Secara subtansial Sejarah Kebudayaan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian peserta didik. Adapun tujuan mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah ialah Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 19 a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran nilai-nilai dan norma-norma dalam Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah dalam rangka mengembangkan kebudayaan Islam. b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, kini dan masa depan. c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah. d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam. e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibroh dari peristiwa-peristiwa bersejarah, meneladani tokoh berprestasi dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam. Dalam Winarno Surachmad 197342 proses belajar mengajar tidak mungkin tercapai jika guru yang mengajar tersebut tidak memahami tujuan yang telah dirumuskan, hal ini sesuai dengan kutipan berikut yaitu โbila guru kurang memahami makna tujuan yang telah dirumuskan maka sukar diharpakan dapat mebimbing murid ke arah yang lebih tinggi, jika telah disadari tujuan yang akan dicapai sangat penting, maka guru akan melalui cara-cara mengajar yang wajar untuk mencapai tujuan.โ Adapun ruang lingkup pembelajaran sejarah kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah adalah Dakwah Nabi Muhammad pada periode Mekah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, perkembangan Islam periode klasik/zaman keemasan 650-1250, Problematika Pembelajaranโฆ 20 perkembangan Islam pada abad pertengahan/kemunduran 1250-1800, perkembangan Islam pada masa modern/zaman kebangkitan 1800 sampai sekarang, perkembangan Islam di indonesia dan di dunia. Selain memahami tujuan dan pembelajaran seorang guru juga diharapkan dapat memahami fungsi dari pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam disekolah, Setidaknya ada tiga fungsi dasar pembelajaran sejarah kebudayaan Islam, yaitu a. Fungsi Edukatif; yaitu sejarah menegaskan kepada siswa tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan Islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. b. Fungsi Keilmuan; yaitu melalui sejarah siswa memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya. c. Fungsi Transformasi; yaitu sejarah merupakan salah satu sumber yang sangat penting dalam merancang transformasi masyarakat. Cakupan materi sejarah kebudayaan Islam merupakan bagian tak terpisahkan dari rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu setiap aspeknya dikembangkan dalam suasana pembelajaran yang terpadu, meliputi a. Keimanan yang memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya Allah SWT sebagai sumber kehidupan. b. Pengamalan,memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan merasakan hasil hasil pengamalan keyakinan akidah dan akhlak dalam menghadapi tugas dan masalah dalam kehidupan. c. Pembiasaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku yang baik yang sesuai dengan Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 21 ajaran Islam dan budaya bangsa dalam menghadapi tugas dan masalah dalam kehidupan. d. Rasional, usaha memberikan peranan kepada rasio akal peserta didik dalam memahami dan membedakan berbagai materi dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dengan perilaku yang buruk dalam kehidupan duniawi. e. Emosional, upaya menggugah perasaan emosi peserta didik dalam menghayati perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa. f. Fungsional, menyajikan materi sejarah kebudayaan Islam dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas. g. Keteladanan, yaitu menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan sebagai cerminan dari manusia yang memiliki keyakinan tauhid yang teguh dan berprilaku mulia. Berdasarkan dari uraian di atas jelas bahwa guru diharapkan mengetahui dan memahami tujuan, ruang lingkup, fungsi dan pendekatan yang telah dirumuskan dan disusun dalam kurikulum sehingga dapat mengarahkan dan membimbing murid-muridnya untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila seorang guru telah memahami dan mengetahui tujuan pembelajara sejarah kebudayaan Islam dengan baik, maka ia dapat memberi arah dalam mengajarkan sejarah kebudayaan Islam dengan baik, baik evaluasi dan juga penggunaan metode dan media yang tepat. 2. Telaah Strategi Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam kamus Purwadarminta Problematika Pembelajaranโฆ 22 1976, secara umum metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metode berasal dari bahasa Inggris yaitu Method artinya melalui, melewati, jalan atau cara untuk memperoleh sesuatu. Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Sekarang, istilah strategi banyak digunakan dalam berbagai bidang kegiatan yang bertujuan memperoleh kesuksesan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Seseorang yang berperan dalam mengatur strategi akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas. Selanjutnya ia akan mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan. Setelah itu baru menyusun tindakan apa yang harus dilakukan, baik tentang siasat peperangan, taktik dan teknik peperangan, maupun waktu untuk melakukan suatu serangan. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar Sanjaya, 2008125. Dalam kamus pelajar 2003228 Strategi adalah usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Istilah strategi berasal dari kata benda dan kata kerja dalam bahasa Yunani. Sebagai kata benda, strategos, merupakan gabungan kata strategos militer dengan ago memimpin. Sebagai kata kerja, stratego berarti merencanakan to planโ. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, โstrategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Dalam dunia pendidikan, โstrategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal. Maksudnya yaitu, strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 23 perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan rangkaian kegiatan, termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini adalah tujuan pembelajaran Sanjaya, 200824. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif efisien. Strategi pembelajaran juga merupakan suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa Sanjaya, 200824. Menurut Ramly Maha 19971, โStrategi pembelajaran adalah kemampuan mengatur langkah-langkah dan menata semua potensi yang ada agar suatu rancangan pembelajaran akan disusun bermanfaat seoptimal mungkin, sehingga suatu kegiatan pembelajaran tercapai sasarannyaโ. Sedangkan menurut Nana Sudjana 200324 Strategi mengajar adalah โtaktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan secara efektif dan efisienโ. Sama halnya dengan uraian di atas, maka strategi pembelajaran pendidikan agama Islam adalah kegiatan yang dipilih pengajar dalam proses pembelajaran sehingga memperlancar tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam. Pembahasan mengenai strategi pembelajaran berhubungan dengan topik perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bila ketiga hal tersebut dapat dijalankan, maka akan menunjang keberhasilan penerapan strategi pembelajaran, termasuk pembelajaran agama. a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses penyusunan alternatif kebijaksanaan mengatasi masalah yang akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan pendidikan nasional dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang Problematika Pembelajaranโฆ 24 sosial ekonomi, sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh terhadap pendidikan nasional Harjanto 20057. Ide perencanaan pembelajaran yang baru dikenal sekitar tahun 50-an, sekarang telah luas mempengaruhi pemikiran tentang pendidikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memungkinkan manusia menyusun rencana itu secara sistematis dengan menggunakan perhitungan-perhitungan, maka lahirlah perencanaan pengajaran dalam arti modern. Perencanaan pengajaran seharusnya dipandang sebagai suatu alat yang dapat membantu para pengelola pendidikan untuk lebih menjadi berdaya guna dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Perencanaan dapat membantu pencapaian suatu sasaran secara lebih ekonomis, tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya. Karena itu perencanaan sebagai unsur dan langkah pertama dalam fungsi pengelolaan pada umumnya menempati posisi yang sangat penting dan sangat menentukan. Perencanaan merupakan suatu langkah persiapan dalam melaksanakan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan tertentu. Proses penyusunan rencana yang harus diperhatikan adalah menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan, yaitu dengan mengumpulkan data, mencatat dan menganalisis data serta merumuskan keputusan Burhanuddin, 199851. Perencanaan pembelajaran berkaitan erat dengan kurikulum, silabus, dan RPP. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran dalam semua jenis dan tingkat pendidikan. Kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curere yang berubah menjadi kata benda curriculum. Kata ini pertama dipakai dalam dunia atletik yang diartikan sebagai suatu jarak untuk perlombaan yang harus Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 25 ditempuh oleh seorang pelari untuk mencapai garis finish. Dalam arti sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah materi yang disajikan dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai kriteria tertentu sehingga dinyatakan lulus pada suatu atau sejumlah mata pelajaran. Kurikulum dapat diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu program yang direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu. Silabus dapat didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, dan pokok isi atau materi pelajaran. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian dan sumber belajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut seperti pembuatan rencana pembelajaran. Silabus merupakan pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan tiga mata rantai yang berurutan dalam penyelenggaran kegiatan pembelajaran. Kurikulum merupakan dasar penyusunan silabus dan silabus merupakan dasar penyusunan RPP. b. Pelaksanaan Pembelajaran Setelah ditetapkan dan disusun suatu perencanaan pembelajaran, maka tahap selanjutnya adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah Problematika Pembelajaranโฆ 26 melaksanakan atau mengaplikasi-kan hal-hal yang direncanakan dalam bentuk penyampaian pembelajaran. Strategi penyampaian isi pembelajaran berkaitan dengan metode pembelajaran. Fungsi penyampaian pembelajaran adalah untuk menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan peserta didik dalam proses belajar mengajar. Metode adalah seperangkat cara, jalan dan teknik yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi tertentu yang telah dirumuskan. Metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses belajar mengajar Ramayulis, 2008185. Metode pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam mendukung kegiatan belajar mengajar. Penggunaan metode tersebut selain harus mempertimbangkan tujuan yang ingin dicapai, juga harus memperhatikan bahan pelajaran yang akan diberikan, kondisi anak didik, lingkungan dan kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang lain. Metode tertentu mungkin hanya cocok untuk sasaran peserta didik tertentu dan lingkungan tertentu, namun tidak cocok bagi peserta didik dan lingkungan yang berbeda. Namun, terlepas dari metode mana yang akan digunakan terdapat suatu hal yang harus dipertimbangkan yaitu metode tersebut hendaknya tidak hanya terfokus pada aktivitas guru, melainkan juga pada aktivitas peserta didik. Metode pembelajaran sebaiknya dapat mendorong timbulnya motivasi, kreativitas, inisiatif peserta didik untuk berinovasi, berimajinasi, berinspirasi, dan berapresiasi. Dengan cara tersebut peserta didik tidak hanya menguasai materi pelajaran dengan baik, melainkan dapat pula menguasai proses mendapatkan informasi tersebut, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 27 Dalam surat An-Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman ๎๎๎ธ๎๎ฎ๎๎ฆ๎๎๎๎๎
๎๎ฆ๎๎๎๎ฒ๎๎๎๎ฆ๎๎๎๎๎๎ฎ๎๎๎ฅ๎๎ฐ๎๎๎๎จ๎๎ธ๎๎ฐ๎๎๎
ซ๎๎ช๎๎๎๎จ๎๎๎๎๎๎๎๎ธ๎๎ณ๎ฆ๎๎๎๎๎๎จ๎๎ผ๎๎๎๎๎
ซ๎ฆ๎๎๎๎ถ๎๎๎
ฎ๎๎ฎ๎ข๎๎ณ๎๎๎๎๎๎
๎๎ณ๎๎ช๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎บ๎๎๎๎ท๎๎ฆ๎๎๎๎๎๎ฆ๎๎๎๎ฎ๎๎ฅ๎๎ฐ๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎ถ๎๎ด๎๎๎๎ฆ๎๎๎๎บ๎๎๎
๎๎๎๎ฒ๎๎๎๎๎๎๎บ๎๎๎๎๎๎พ๎๎ด๎๎๎๎ฆ๎๎๎๎๎๎๎๎ฟ๎๎๎๎๎๎ถ๎๎ด๎๎๎๎ฆ๎๎๎๎ช๎๎๎๎บ๎๎๎๎พ๎๎ฌ๎๎๎๎ธ๎๎ณ โSerulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat di jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjukโ. QS. An-Nahl 125 Pengajaran pendidikan agama merupakan suatu mata pelajaran yang bersifat khas, maka diperlukan metode khusus pula. Metode khusus ini dapat dibangun melalui pemaduan dari berbagai metode pengajaran yang ada. Yang paling ideal untuk metodologi pengajaran pendidikan agama adalah metode integratif, yakni dengan memasukkan metode suatu mata pelajaran yang lain. Hanya saja tidak mudah untuk diterapkan. Selain itu, dalam penggunaan metode harus selalu disesuaikan dengan kelas dan jenis mata pelajaran yang disajikan. Juga perlu diingat bahwa setiap jenis metode ada kelebihan dan kelemahannya. Karena itu, kepandaian dan kecermatan dalam memilih metode akan sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman dan kreativitas guru agama itu sendiri. Sebelas metode mengajar, yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas, metode demonstrasi, metode karya wisata, metode kerja kelompok, metode bermain peran, metode dialog, metode bantah-membantah dan metode bercerita Suparlan, 200538. 3. Temuan penelitian dan upaya guru dalam mengatasinya Mengajar dikatakan efektif apabila dalam prosesnya meliputi tiga langkah, yaitu langkah sebelum mengajar, langkah pelaksanaan mengajar dan langkah sesudah mengajar. Langkah sebelum mengajar meliputi membuat perangkat pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran dan Problematika Pembelajaranโฆ 28 menentukan model pembelajaran. Langkah pelaksanaan mengajar, langkah ini berupa pelaksanaan model pembelajaran dan penerapan strategi yang telah dirancang untuk membawa murid mencapai tujuan pembelajaran. Langkah sesudah mengajar, langkah ini berupa pengukuran dan penilaian hasil mengajar sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh guru. Dari proses penilaian inilah kegiatan guru dapat dilihat efektif atau tidak proses pembelajaran yang telah diberikan oleh guru dan berhasil tidaknya siswa dalam mengikuti pengajaran. Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari hasil prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru, oleh karena itu perlu dilakukan penilaian terhadap proses belajar mengajar. Suatu proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran, yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila daya serap terhadap bahan/materi pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individual maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok. Penelitian ini telah menghasilkan suatu kesimpulan bahwa selama ini problema yang terjadi yang mengakibatkan hasil belajar sejarah kebudayaan Islam siswa sebagaian besar berada pada batas KKM bahkan dibawahnya adalah persepsi siswa terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan Islam negatif. Persepsi ini telah diwariskan oleh pendahulu Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 29 mareka bahwasanya belajar sejarah kebudayaan Islam itu tidak enak, mengundang ngantuk, membosankan dan lain sebagainya. Problematikan diatas sudah menjadi momok menakutkan bagi guru, dan hal tersebut disadari oleh guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam itu sendiri. Ternyata selama ini yang menjadi faktor utama rendahnya hasil belajar siswa bukanlah pada ketidakmampuan siswa memahami pelajaran, namun lebih kepada cara berfikir siswa mindset yang masih belum diluruskan. Hasil penelitian juga membuktikan bahwa problematika tersebut walaupun menjadi dilema bagi guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam tentunya upaya untuk memperbaiki image atau persepsi tersebut terus dilakukan. Adapun upaya yang dilakukan guru adalah sebagai berikut a. Memperbaiki strategi pembelajaran. Masalah strategi atau metode pembelajaran menjadi masalah utama dalam proses pembelajaran sejarah kebudayaan Islam pada Madrasah Aliyah di Aceh Jaya, dimana selama ini guru hanya menggunakan metode konvensional dan terkadang metode tersebut tidak sesuai dengan materi dan tujuan yang ingin dicapai. Kondisi ini membuat siswa jenuh dan merasa bosan, untuk mengatasi masalah ini, hasil wawancara dengan guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam bahwa guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam telah berupaya melakukan kreatifitas, yakni menggunakan metode yang bervariasi tentunya yang berpusat pada siswa, bukan lagi berpusat pada guru. Hal ini diharapkan siswa dapat meningkatkan semangat belajar dan tujuan pembelajaran akan lebih mudah tercapai, serta untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih maksimal, selain penggunaan metode yang bervariasi, guru juga menyesuaikan dengan materi. Problematika Pembelajaranโฆ 30 Penggunaan media pembelajaran juga merupakan faktor pendukung keberhasilan pembelajaran. Selama ini guru kurang menggunakan media dikarena madrasah masih kekurangan dalam bidang sarana prasarana. Untuk mengatasi masalah media maka guru telah berusaha mencari peluang dengan mengajarkan anak-anak kerja kelompok untuk mengasilkan sebuah media dari hasil kreatifitas siswa sendiri. b. Memberi motivasi belajar setiap kali pertemuan; Dalam usaha meningkatkan hasil belajar, guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu memberi motivasi setiap berinteraksi dengan siswa. Tanpa motivasi dalam interaksi siswa selalu mencari cara agar proses belajar mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam tidak berjalan dengan lancar. Adapun cara guru memotivasi siswa adalah salah satunya dengan memanfaatkan media secara maksimal. c. Melakukan penilaian proses setiap kali pertemuan. Persoalan penilaian atau evaluasi hasil belajar juga menjadi perhatian penting dimana evaluasi adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan, pada tahap inilah guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam melakukan penilaian proses pembelajaran. Adapun penilaian proses yang dimaksud adalah setiap pertemuan guru mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam selalu mengantongi nilai sikap sikap spiritual dan sosial, nilai pengetahuan dan nilai keterampilan. Adapun nilai sikap terdiri dari ketika siswa membaca doa memulai dan mengakhiri pelajaran, nilai pengetahuan terdiri dari kemampuan kognitif siswa dalam memahami materi pelajaran sedangkan nilai keterampilan di ambil dari unjuk kerja siswa pada buku catatan. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 31 d. Menggunakan pendekatan individu, edukatif, pengalaman dan historis. Langkah selanjutnya adalah pendekatan yang digunakan guru sejarah kebudayaan Islam dalam mengatasi masalah pembelajaran adalah pendekatan individu, edukatif, pengalaman dan pendekatan historis. Dengan pendekatan ini diharapkan dapat memperbaiki persepsi siswa terhadap pembelajaran sejarah kebudayaan Islam serta dapat meningkatkan hasil belajar. PENUTUP Dalam mengajar guru dapat menciptakan kelas yang hidup dengan penggunaan metode yang bervariasi dan guru berusaha untuk menyediakan buku paket pribadi. Diharapkan kepada guru untuk membina, membimbing serta memberikan penyuluhan kepada siswa untuk meningkatkat minat dan motivasi belajar siswa dan menyediakan buku-buku penunjang yang dianggap relevan. Madrasah harus menyediakan media yang lengkap sehingga guru bidang studi lebih mudah dalam mengajar di samping itu guru juga harus dapat membuat media sendiri. Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, dapat diberikan saran; 1 diharapkan kepada guru lebih kreatif dalam menentukan dan memilih strategi pembelajaran sehingga sesuai tahapan perkembangan pengetahuan siswa dan sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan oleh guru agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik; 2 diharapkan kepada guru untuk menciptakan kelas yang hidup, menyenangkan dan lebih kreatif bagi siswa agar pembelajaran lebih bermakna. Dan diharapkan kepada kepala sekolah untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana di sekolah, sehingga siswa dapat termotivasi untuk belajar bersama sesuai dengan indikator- indikator yang telah dipilih dalam silabus. Problematika Pembelajaranโฆ 32 REFERENSI A. Hasyim, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, Jakarta Beuna, 1983. Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta Rajawali Pers, 2009. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Logos, 1997. Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta Cipta, 1991. Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian, Cet. I, Bandung Pustaka Setia, 2008. Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta Rineka Cipta, 1997. Departemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta Departemen Pendidikan Agama RI, 2004. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta Balai Pustaka, 2005. Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta Kencana, 2007. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 1998. Harjanto, Perencanaan Pengajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2005. Imam Bawani, Metodologi Penelitian Pendidikan Islam, Sidoarjo Khazanah Ilmu Sidoarjo, 2016. Meleong J Lexy, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung Rosda Karya, 1999. Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung Rosdakarya, 2004. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta Logos, 1999. Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka cipta, 1991. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses belajar mengajar, Bandung Remaja Rosdakarya, 2004. Pusat Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Pelajar, Bandung Remaja Rosdakarya, 2003. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta Kalam Muia, 1994. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2008. Ramly Maha, Strategi Pembelajaran, Banda Aceh KKD Rahmad, 1997. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung Alfabeta, 2010. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta Bina Aksara, 1995. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 33 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta Rineka Cipta, 1993. Suparlan, Menjadi Guru Efektif, Yogyakarta Hikayat, 2005. Syaiful Bahri Djamarah dan Azwar Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka Cipta, 1996. Syaodih S. Nana dan Ibrahim R, Perencanaan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, 2003. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, 1991. Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Cet. III, Jakarta Kencana, 2011. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, Jakarta Prenada Media, 2008. Winarno Surachmad, Dasar dan Tehnik Interaksi Belajar Mengajar, Bandung Tarsito, 1973. Yusak Burhanuddin, Administrasi Pendidikan, Bandung Pustaka Setia, 1998. Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2004. ... Hasmar, A. H. 2020. Problematika Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah. ...Sri HarmonikaMuhamad SadarudinGunawan SuparmoAbstrak Sejarah kebudayaan Islam atau SKI termasuk pelajaran yang sulit dipahami siswa dibandingkan dengan mata pelajaran lain, karena SKI mempelajari sesuatu yang sudah terjadi, dan tidak dialami langsung oleh siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah metode pembelajaran timeline. Pendekatan timeline adalah metode garis waktu yang dibuat secara runtun dan sistematis. Pendekatan Garis waktu lebih menarik disajikan secara bergambar atau simbol-simbol, sehingga pembahasan mengenai peristiwa SKI dapat dipahami dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran SKI melalui penerapan pembelajaran timeline. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen jenis one group pretest-posttest design. Sampel penelitian terdiri atas 18 siswa kelas VIII. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata sebelum memberikan pembelajaran timeline yaitu 62,50. Adapun setelah menerapkan metode timeline, nilai rata-rata siswa sebesar 79,17. Kemudian melalui hasil uji-t diperoleh nilai signifikansi 0,000, artinya nilai signifikansi 2 tailed < 0,05. Maka dapat dikatakan bahwa penggunaan metode pembelajaran timeline dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran sejarah kebudayaan Nabil FahmiThis study aims to analyze historical criticism and double movement methods as alternative paradigms and methods that can be used in learning of Islamic Civilizations History Sejarah Kebudayaan Islam. This method is intended to maximize the learning objectives of SKI, likewise, it can be relevant and contextual to the needs and developments of the times. Through literature review and content analysis methods, this study concludes that using historical criticism and double movement methods can be an alternative for implementing SKI learning. The history of the past is seen as dynamic and progressive-transformative. So that SKI learning does not stop at historical facts or is trapped in the romanticism of the past. Learning methods that can be used and developed include creative and meaningful learning, critical reasoning in understanding history, and integrative-interconnective SKI learning. [Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan metode kritik sejarah dan double movement sebagai alternatif paradigma dan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam SKI. Penggunaan metode tersebut ditujukan sebagai upaya untuk memaksimalkan tujuan pembelajaran SKI, agar tetap relevan dan kontekstual dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Melalui kajian pustaka dan metode analisis isi, penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan metode kritik sejarah dan double movement dapat menjadi alternatif penyelenggaraan pembelajaran SKI. Sejarah masa lalu dipandang sebagai sesuatu yang dinamis serta progresif-transformatif, sehingga pembelajaran SKI tidak berhenti pada fakta sejarah saja maupun terjebak pada romantisme masa lalu. Metode pembelajaran yang dapat digunakan dan dikembangkan antara lain pembelajaran yang kreatif dan bermakna; pengembangan nalar kritis dalam memahami sejarah; serta pembelajaran SKI yang integratif-interkonektif.]A HasyimA. Hasyim, Kebudayaan Aceh dalam Sejarah, Jakarta Beuna, NataFilsafat PendidikanIslamAbuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta Logos, RohaniH M AhmadiPengelolaan PengajaranAhmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran. Jakarta Cipta, I Departemen Pendidikan AgamaPedoman Khusus Sejarah Kebudayaan IslamDepartemen Pendidikan Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah kebudayaan Islam, Jakarta Departemen Pendidikan Agama RI, Dewi SalmaDewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan, Jakarta Kencana, Dimyati DanDimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta Rineka Cipta, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di SekolahJ MeleongMetode Penelitian LexyKuantitatifMeleong J Lexy, Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung Rosda Karya, 1999. Muhaimin dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung Rosdakarya, K Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta Rineka cipta, 1991.
MADRASAH ALIYAHAnda baru saja lulu dari jenjang sekolah menengah pertama dan ingin melanjutkan ke jenjang berikutnya? Madrasah Aliyah MA dapat menjadi Kelebihan Meneruskan Sekolah di Madrasah AliyahMadrasah Aliyah MA merupakan salah satu lembaga pendidikan islam yang ada saat ini. Jika melihat perkembangannya sekarang, maka MA juga tidak kalah saing dengan sekolah sederajat lainnya. Bahkan di beberapa kota, MA juga menjadi salah satu sekolah favorit bagi peserta yang ingin melanjutkan pendidikannya. Lantas apa saja kelebih dari MA ini?Siswa Memperoleh Pendidikan Umum + Agama Kelebihan pertama dari jenjang sekolah ini adalah siswa akan diberikan pendidikan umum dan juga pendidikan agama. Persentase masing-masing pendidikan ini tentunya sama besar, sehingga diharapkan adanya keseimbangan antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama yang diperoleh Lebih Dekat Tentang Islam Sebagaimana dikatakan sebelumnya bawah Madrasah Aliyah merupakan lembaga pendidikan islam yang ada saat ini. Oleh sebab itu, melalui Madrasah ini setiap peserta didik memiliki kesempatan lebih baik untuk mengenal Karakter Anak Sesuai Tuntunan Al-Qurโan dan Hadis Kelebihan selanjutnya dari MA adalah dapat membentuk karakter anak sesuai dengan tuntunan Al-Qurโan dan Hadis. Harapannya anak yang telah lulu dari bangku MA ini dapat menjadi pribadi muslim yang memiliki akhlak sesuai dengan ajaran islam.
kelebihan dan kekurangan madrasah aliyah