SIMAKUI. January 29, 2020 ·. Perbedaan S1 reguler dan paralel terletak pada beberapa hal diantaranya batas usia pendaftar, dimana S1 reguler dibatasi untuk lulusan SMA/Sederajat 3 tahun terakhir, sementara paralel tidak ada Batasan usia. Ketersediaan jurusan di S1 paralel juga tidak sebanyak S1 reguler, dan dari segi biaya uang pangkal maupun Selainitu diberikan pengenalan singkat kebudayaan dari Tiongkok misalnya : sejarah, pakaian adat, makanan khas, sastra, dan sebagainya. Materi Program. Pengenalan huruf, percakapan aktif, menulis, dan cultural activities. Pilihan Kelas. Kelas Reguler. Kelas Non-Reguler. Jumlah Pertemuan. 9 x 90 menit, untuk masing-masing level. Level DefinisiField: Pengguna dapat mendifinisikan field dan konstanta: Tidak dapat mendefinisikan field: Limitasi Ekstensi: Hanya memperluas satu kelas atau satu kelas abstract sekaligus. Dapat memperluas kelas reguler (atau concrete) lainnya. Dapat memperluas sejumlah interface. Namun, itu hanya dapat memperluas interface. Kecepatan Implementasi 1 S1 REGULER Program S1 Reguler merupakan salah satu program sarjana yang umumnya dimiliki oleh setiap universitas di Indonesia. Kelas program sarjana biasanya dilaksanakan dari mulai pagi sampai sore. Bahasa pengantar di kelasnya adalah bahasa indonesia. Program sarjana reguler memiliki lebih banyak daya tamping dibandingkan program lainnya. CilacsUII kembali membuka Kelas Reguler KELAS REGULER SEPTEMBER 2012. Kelas Mulai 19 dan 20 September 2012 ; Pendaftaran s.d. 15 September 2012 (Diperpanjang hingga 26 Sept. utk program2 tertentu); Fasilitas : Modul, Sertifikat/ Reference Letter, Pengajar berkualitas, Ruang AC, wi-fi area, SAC, +Cultural Session untuk Program Non-English , dll FREE NONTON BARENG TujuanSaham LQ45. Indeks LQ45 miliki tujuan dan berkedudukan sebagai pelengkap IHSG. Hal ini khususnya berkaitan dengan penyediaan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan juga pemerhati pasar modal dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan di BEI. . S1 Non Reguler Perguruan Tinggi Negeri, Mahasiswa Kelas Pararel, dan Serba-Serbinya Tahun-tahun belakangan ini, beberapa perguruan tinggi negeri semakin "kreatif" membuat kelas dan program baru, seperti kelas internasional dan kelas pararel alias program S1 non reguler. Belum banyak sih, kampus yang memiliki S1 non reguler atau kelas pararel. Di antaranya adalah Universitas Indonesia‍ dan Institut Seni Indonesia Yogyakarta‍. S1 non reguler ini banyak diminati, soalnya program ini membuka peluang tambahan untuk masuk PTN favorit. Jadi, apa bedanya S1 reguler dan S1 non reguler/pararel? Berdasarkan ketentuan di Universitas Indonesia, perbedaanya ada pada hal-hal berikut ini Jalur masuk S1 reguler masuk lewat jalur SNMPTN, SBMPTN dan Ujian Mandiri SIMAK untuk program reguler. Sedangkan S1 non reguler memiliki tes masuk khusus, yaitu SIMAK untuk S1 non reguler. Syarat Mahasiswa Untuk S1 reguler, ada batasan umur/waktu kelulusan calon mahasiswa. Yaitu, setidaknya dua tahun setelah lulus SMA. Sedangkan untuk kelas pararel, nggak ada batasan, tuh. Yang penting minimal lulusan SMA/Sederajat. Jadi mungkin aja nih, mama dan tante kamu daftar di program non reguler di kampusmu. *Jadi horor sendiri, hihihi*. Jumlah Mahasiswa Yang jelas, jumlah mahasiswa reguler lebih banyak daripada mahasiswa non reguler. Trus nggak semua jurusan memiliki kelas pararel. Biaya Konsekuensi masuk program non reguler adalah biaya yang lebih tinggi. Ibaratnya, mahasiswa pararel nggak mendapat subsidi seperti halnya mahasiswa reguler. Karena bayarannya yang relatif lebih mahal, maka suka ada tudingan “miring” tentang mahasiswa pararel. Seperti “bisa masuk karena faktor uang”, atau “anaknya borju-borju”. Padahal sebenarnya mereka juga melewati seleksi masuk yang resmi, lho. Kelas Mahasiswa reguler dan mahasiswa non reguler berada di kelas yang berbeda. Tapi biasanya sih, mereka saling kenal. Bisa pinjem-pinjeman buku, berbagi materi kuliah, atau belajar bareng. Saling menggebet juga bisa diatur, lah. O iya, karena jumlah mahasiswa non reguler lebih sedikit, maka jumlah siswa di kelasnya pun biasanya lebih sedikit ketimbang di kelas reguler. Sebenarnya Kuliahnya Sama Saja, Tapi….. Selain soal teknis di atas, materi yang diterima mahasiswa reguler dan non reguler sebenarnya relatif sama. Pengajar dan sistem pengajarannya pun nggak berbeda. Intinya, keduanya bisa mendapatkan gelar dan ilmu yang sama. Namun, kalau ngubek-ngubek di internet, saya menemukan sebagian pendapat dan pengalaman seputar kelas reguler. Sebagai catatan, hal ini belum tentu dialami semua mahasiswa Untuk ijazah semua sama reguler maupun non reguler, namun pada surat keterangan untuk pengantar magang dituliskan bahwa mahasiswa tersebut berasal dari program non reguler. Ada yang justru bilang kalau dosen di kelas pararel bersikap lebih asyik. Mungkin karena mahasiswanya nggak terlalu banyak dan beragam usia kali, ya? Teman di kelas pararel lebih bervariasi dari segi umur dan latar belakang. Bahkan ada juga yang udah kerja atau punya usaha. Ada yang menganggap bahwa pembahasan teori di kelas pararel cenderung kurang. Apalagi kalau kelasnya berisi orang sibuk, alias yang udah bekerja. Kemampuan mahasiswa pararel masih dianggap remeh oleh sebagian orang. Lagi-lagi, kelima hal di atas merupakan pengalaman dan pendapat subjektif, yang belum tentu dialami/dirasakan semua mahasiswa pararel. Namun poin tadi bisa jadi tambahan gambaran dan bahan pertimbangan kamu saat akan memilih kelas di perguruan tinggi. sumber gambar Ketika memilih program kuliah, beberapa perguruan tinggi akan menawarkan dua program kuliah, yang pertama adalah kuliah reguler atau kelas reguler dan yang kedua adalah kuliah non-reguler atau kelas karyawan. Meski tak semua perguruan tinggi memiliki program tersebut, akan tetapi beberapa perguruan tinggi menjalankan program tersebut. Tetapi, apa itu kuliah reguler atau kelas reguler dan kuliah non-reguler atau kelas karyawan? Simak penjelasannya di bawah ini. Daftar Isi 1Kuliah Reguler Kelas Reguler1. Apa itu Kelas Reguler?2. Hari dan Jam Kuliah3. Biaya Kuliah4. Proses Pembelajaran5. Waktu Kuliah6. Kelebihan dan KekuranganKuliah Non-reguler Kelas Karyawan1. Pengertian2. Hari dan Jam Kuliah3. Biaya Kuliah4. Proses Pembelajaran5. Waktu Kuliah6. Kelebihan dan KekuranganPerbedaan Kuliah Reguler dan Kuliah Non-reguler Menurut Ristek Dikti, program kuliah reguler atau kelas reguler merupakan program pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Negeri yang diikuti oleh peserta didik atau mahasiswa secara penuh waktu. Sehingga program kuliah reguler ini artinya sudah melalui proses izin oleh penyelenggara dari pemerintah. 1. Apa itu Kelas Reguler? Atau singkatnya, kuliah reguler atau kelas reguler ini diartikan sebagai perkuliahan yang pada umumnya berlangsung. Biasanya, program kuliah reguler ini adalah program perkuliahan yang mana dilakukan oleh suatu perguruan tinggi yang mana menerima siswa yang baru lulus Sekolah Menengah Atas SMA dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi atau jenjang yang lebih tinggi. Program kuliah reguler ini diikuti dan diincar oleh banyak anak muda yang baru lulus SMA atau yang setara. Hal tersebut karena program kelas reguler atau kuliah reguler ini biasanya diselenggarakan oleh perguruan tinggi, baik Perguruan Tinggi Negeri PTN atau Perguruan Tinggi Swasta PTS. 2. Hari dan Jam Kuliah Kuliah reguler atau program kelas reguler ini biasanya memiliki hari dan jam kuliah yang lebih panjang atau lebih lama, tergantung perguruan tinggi masing-masing. Beberapa perguruan tinggi menerapkan sistem 5 hari kuliah dengan jam kuliah yang sesuai dengan jadwal mata kuliah masing-masing. Sehingga dalam hal ini mahasiswa harus siap sedia kapanpun jadwal mata kuliah tersebut berlangsung. Bisa sejak pagi hari hingga sore hari, bisa hanya pagi hari atau sore hari saja, bisa juga siang hari. Tentu saja hari dan jam kuliah tersebut mengikuti berapa banyak mata kuliah yang akan ditempuh oleh mahasiswa tersebut. Itulah mengapa program kuliah reguler atau kelas reguler ini kebanyakan diikuti oleh mahasiswa yang baru lulus SMA karena jam perkuliahan dan harinya hampir mirip dengan jam kuliah dan hari di sekolah tempatnya belajar dulu, meski ada perbedaan durasi dan waktu. 3. Biaya Kuliah Biaya kuliah bagi mahasiswa yang menempuh program kuliah reguler atau kelas reguler beragam. Tentu saja hal ini tergantung perguruan tinggi yang dipilih dan juga jurusan atau program studi yang ditempuh. Perbedaan biaya kuliah ini bisa dilihat di laman website perguruan tinggi masing-masing. Selain itu, biasanya saat proses pendaftaran biaya kuliah sudah mulai terlihat dan bisa dijadikan acuan. Biaya kuliah untuk program kelas reguler ini cukup bervariasi, bisa mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta setiap semesternya. Di beberapa perguruan tinggi, biaya ini bisa saja lebih ringan atau lebih berat, tergantung bagaimana pekerjaan orang tua. Atau bisa saja suatu perguruan tinggi mematok biaya yang sama untuk seluruh mahasiswanya, baik itu mahasiswa dengan orang tua berpenghasilan cukup, tinggi, atau rendah. 4. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada kuliah reguler ini menyesuaikan jadwal yang diberikan oleh setiap program studi atau jurusan masing-masing. Akan tetapi, biasanya pada kuliah reguler ini proses pembelajarannya lebih sistematis dan tertata serta menyesuaikan tingkat kesulitan. Misalnya pada semester awal akan dibekali dengan kemampuan dasar dan berlanjut ke jenjang semester yang lebih tinggi akan diberikan kemampuan yang lebih berat lagi. Sehingga proses pembelajarannya dimulai dari yang ringan hingga ke pembelajaran yang berat di tiap jenjang waktu atau semesternya. 5. Waktu Kuliah Waktu kuliah pada kuliah reguler ini bermacam-macam. Untuk program D3, biasanya mahasiswa perlu menempuh waktu kuliah selama kurang lebih 3 tahun. Namun bagi mahasiswa program S1, maka akan membutuhkan waktu kuliah kurang lebih 4 tahun. Waktu tersebut tentu bergantung pada kemampuan dan juga bagaimana mahasiswa tersebut sungguh-sungguh dalam menempuh pendidikan. 6. Kelebihan dan Kekurangan Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari kuliah reguler atau kelas reguler. Kelebihan biaya murah pendalaman materi atau teori presensi diperhatikan Kekurangan dosen terlalu ketat, seperti guru kurang mendapat pengetahuan mengenai lapangan kerja teori masih mendominasi proses pembelajaran Kuliah Non-reguler Kelas Karyawan Berbeda halnya dengan kuliah reguler atau kelas reguler, kelas karyawan ini dinilai lebih santai karena menyesuaikan jam kerja. 1. Pengertian Menurut Ristek Dikti, program kuliah non-reguler atau kelas karyawan ini biasanya diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Negeri PTN atau Perguruan Tinggi Swasta PTS. Dalam perkuliahan ini, peserta didik hanya secara paruh waktu menempuh program studi yang mana perguruan tingginya sudah mendapatkan izin dari pemerintah tersebut. Dapat juga diartikan bahwa program kuliah non-reguler atau kelas karyawan ini dilangsungkan di luar jam kerja kantor, bisa sore atau saat libur bekerja. Kuliah kelas non-reguler atau kelas karyawan ini dinilai lebih fleksibel, karena waktu yang digunakan untuk perkuliahan benar-benar menyesuaikan atau tidak mengganggu jam kerja sebagai karyawan atau pegawai. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas kuliah karyawan ini biasanya diikuti oleh karyawan atau pegawai, untuk mendapatkan gelar demi jenjang karirnya. 2. Hari dan Jam Kuliah Berbeda halnya dengan kuliah kelas reguler, kuliah non-reguler ini biasanya dilaksanakan di hari-hari tertentu di mana mahasiswa tersebut sedang tidak bekerja dan di jam selepas kerja, bisa sore hari atau malam hari. Bahkan, beberapa perguruan tinggi hanya menerapkan kuliah satu hari penuh, baik itu di hari Sabtu atau Minggu, sesuai dengan hari libur karyawan yang jadi mahasiswa tersebut. 3. Biaya Kuliah Biaya kuliah kelas non-reguler atau kelas karyawan juga bervariasi, tergantung perguruan tinggi atau program studi yang ditempuh. Akan tetapi biasanya biaya kuliahnya cenderung lebih mahal jika dibandingkan dengan kelas reguler. Hal ini karena materi yang diberikan banyak dan juga kelas yang ditempuh adalah di luar jam perkuliahan kelas reguler. Selain itu, biasanya kelas non-reguler ini semata-mata hanya dijadikan sebagai formalitas menempuh pendidikan jenjang perguruan tinggi saja, sehingga biayanya tidak bisa dibilang cukup mahal, meskipun waktu yang ditempuh tidak selama kelas reguler. 4. Proses Pembelajaran Proses pembelajaran pada kuliah non-reguler ini lebih singkat dan lebih santai. Berbeda dengan kuliah reguler yang padat dan banyak mata kuliah yang ditempuh, biasanya kelas non-reguler ini hanya beberapa mata kuliah dasar atau utama saja yang diajarkan untuk keperluan perkuliahan. 5. Waktu Kuliah Sementara itu, waktu kuliah kelas non-reguler atau kelas karyawan ini biasanya tergantung perguruan tinggi masing-masing. Ada yang menerapkan kelas sore atau malam yang mana perkuliahan hanya ditempuh di sore hari atau malam hari. Ada juga yang menerapkan jam kuliah pada hari libur, baik itu Sabtu atau Minggu, di luar jam kerja para mahasiswanya. 6. Kelebihan dan Kekurangan Kelebihan kelas non-reguler adalah sebagai berikut. Kelebihan Sistem kuliah langsung pada diskusi pekerjaan Mendapat banyak informasi dan kenalan mengenai pekerjaan, keuangan, bahkan masalah rumah tangga Tidak memperhatikan presensi Banyak kemudahan dari dosen Bisa berkuliah sambil bekerja Kekurangan Biaya kuliah lebih mahal Teori yang didapatkan tidak mendalam Harus belajar di luar kampus Waktu kuliah sore/malam yang membuat lelah atau di hari libur yang bisa mengganggu acara keluarga Perbedaan Kuliah Reguler dan Kuliah Non-reguler Kesimpulan perbedaan kelas reguler dan kelas karyawan, yaitu terletak pada hari dan waktu kuliahnya. Jika kelas reguler ditempuh di jam kerja atau jam perkuliahan pada umumnya, sementara kelas karyawan atau non-reguler di tempuh di luar jam kerja atau jam perkuliahan pada umumnya. Bagaimana? Sudah paham kan masalah kelas reguler dan kelas non-reguler karyawan? Semoga deh paham ya. Baca artikel terkait berikut ini. [TIPS] Cara Membuat dan Contoh Surat Rekomendasi Perbedaan D4 dan S1 [Umum Sampai Prospek Kerja] Study Plan Beasiswa, Cara Membuat dan Contoh Jakarta Tak sedikit perguruan tinggi di Indonesia mulai menawarkan program kelas internasional. Program ini cocok untuk Sobat Medcom yang ingin menyandang gelar akademis dari dalam negeri sekaligus luar negeri. Terdengar keren, bukan? Namun, banyak desas-desus yang mengatakan materi pembelajaran kelas internasional lebih rumit dan biayanya lebih mahal dibandingkan dengan kelas reguler. Lantas, apakah hal tersebut benar? Untuk mengupas lebih lanjut, simak penjelasan berikut ini mengenai serba-serbi kelas internasional dikutip dari laman Quipper. Apa itu kelas internasional? Kelas internasional merupakan program kuliah di perguruan tinggi yang penyelenggaraannya bekerja sama dengan perguruan tinggi di luar negeri. Penyelenggaraan itu telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 14 Tahun 2014. Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini? Beleid tersebut menjelaskan tentang jenis program, gelar, dan tata cara pelaksanaan kelas internasional. Adapun tiga program gelar yang diperbolehkan, yakni program gelar ganda reguler double degree/dual degree, program gelar bersama joint degree, dan program gelar ganda percepatan atau akselerasi. Pelaksanaan ketiga program gelar itu dapat terealisasi dengan beberapa metode. Seperti alih kredit credit transfer, kembaran twinning, dan pembimbingan bersama dalam penelitian joint supervision. Lulusan kelas internasional akan mendapat double certificates dari universitas asal di Indonesia dan kampus mitra di luar negeri. Selain itu, lulusan juga bakal menerima keterangan tertulis dari kampus yang menyatakan mereka berkuliah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dan media pembelajaran. Sertifikat dan keterangan tersebut tentu sangat menguntungkan bagi lulusan yang ingin berkarier di perusahaan multinasional. Pihak perusahaan yang dituju tak akan kembali menguji kemampuan berbahasa Inggris lantaran dianggap sudah mahir. Keuntungan mengikuti kelas internasional juga dirasakan lulusan yang ingin melanjutkan studi di luar negeri. Kesempatan mendapatkan beasiswa internasional semakin terbuka lebar karena pernah berkuliah di negeri orang. Sudah menjadi rahasia yang umum klo selama ini ada diskriminasi atau rasa perendahan merendahkan kepada para mahasiswa yang masuk ke universitas negeri melalui Jalur Khusus atau Jalur Mandiri atau yang lebih dikenal Non Reguler di kampus kita tercinta orang berpikir bahwa kemampuan anak yang masuk melalui jalur khusus memiliki kemampuan akademik baca kepandaian dibawah anak yang masuk karena lulus dari UMB atau SNMPTN. Selain itu, anak-anak non reguler terkenal secara umum sebagai anak yang berasal dari kaum menengah ke atas memiliki rezeki yang berlebih.Kemudian, anak-anak Non Reg atau anak-anak dari jalur mandiri akan dibicarakan dengan suara-suara atau opini yang mengatasnamakan keadilan bagi pendidikan, kepiintaran kompetensi, dan hal-hal lainnya yang mencirikan bahwa anak Non Reg adalah kaum yang apa yang sebenarnya terjadi? Bagaimana seharusnya menyikapinya? Tentu saja, sebagai anak Non Reg saya akan membela mengenai anak Non Reg. Mungkin jika saja, saya sekarang bukanlah mahasiswa non reg atau mahasiswa yang kuliah karena lulus SNMPTN, mungkin pikiran saya tidaklah sama atau mungkin saya juga akan ikut-ikutan mendiskreditkan anak-anak Non saya ini memang terdengar berlebihan. Tapi, saya menulis ini karena sesuai dengan kenyataan-kenyataan di lapangan. Jujur, sejak masuk di jurusan yang sekarang ini, saya agak sedikit kecewa karena ternyata menjadi mahasiswa non reg di FISIP banyak hal-hal atau fasilitas yang kurang saya dapatkan karena status sebelum masuk ke UI, saya diterima SNMPTN di FISIP juga dan saya lebih memilih jurusan yang sekarang ini dengan keputusan bahwa jurusan yang saya jalani sekarang ini akan lebih luas untuk ke menjadi maba, saat masa-masa orientasi, sudah terasa diskriminasi. Kelas administrasi di FISIP dipisah antara Reguler dan Non Reguler. Kelas kami kadang disebut Kelas Paralel. Saat kami sedang berjalan entah dari mana ada suara yang berasal dari kerumunan “wah bau duit”.Lalu, saya pernah iseng-iseng mengoogling tentang anak non reg di internet. Saya buka google, klo tidak salah dengan kata kunci “Anak Non Reg”. Tiba-tiba, saya mendapatkan sebuah postingan dari blog yang isinya menyatakan kebencian terhadap anak non reg. Penulis blog itu ternyata adalah seorang mahasiswa maba reguler yang jurusannya sama dengan itu, saya belum mengenal siapa dia, sekarang seiring berjalannya waktu saya tahu siapa dia. Dalam postingannya itu dia menyatakan pendapatnya mengenai anak non reg yang bisa masuk ui karena tes nya yang termudah lebih gampang dibanding anak reguler dengan SNMPTN atau UMB itu, kembali ke masalah ekonomi, anak non reg yang bayarannya lebih mahal dibanding anak reguler. Tulisannya menyakitkan dan mendiskreditkan anak non reg. Seiring waktu berlalu, hal tersebut tidaklah menjadi masalah. Sampai sekarang hubungan kami antara anak non reg dan anak reguler sangat baik, malah kami saling membantu untuk tugas-tugas dan pun berlalu hingga sekarang, saya sudah menjadi mahasiswa tua di administrasi dan status sebagai angkatan pertama non reg. Selama ini banyak fasilitas-fasilitas yang kurang yang kami dapatkan sebagai anak non reg. Kelas saya terdiri dari 50 mahasiswa. Saya tidak tahu berapa jumlah seluruh mahasiswa jurusan reguler dibagi menjadi 2 kelas yaitu, Kelas A dan B yang masing-masing kelas terdiri dari 30an anak. Sedangkan, kelas paralel tidak ada pembagian digabung menjadi satu. Bisa bayangkan bagaimana ramenya klo belajar? Tadinya, saya tidak menyadari hal ini, sampai banyak dosen yang mengajar di kelas kami menanyakan berapa jumlah mahasiswa yang ada di kelas paralel ini dan mereka berkata, seharusnya jumlah yang efektif dalam satu kelas itu adalah 30an banyak dosen yang berkata seperti ini sejak semester awal hingga sekarang. Pada semester ini, seorang dosen suatu mata kuliah akhirnya berinisiatif memindhakan sebagaian anak pada kelas saya untuk mengikuti kuliah tersebut pada jadwal yang lain, dimana kelas tersebut hanya terisi sedikit mahasiswa. Dosen saya tersebut tidak ingin jika, terlalu banyak mahasiswa maka pembelajaran yang terjadi tidak efektif. Kelas dimana tempat sebagian teman saya dipindahkan itu, klo saya tidak salah dengar hanya berisi sekitar 15-19 yang cukup penting bagi seorang mahasiswa, salah satunya adalah mengenai kelulusan. Kita pasti ingin cepat lulus dan menjadi seorang sarjana. Program studi yang saya ambil terkenal sebagai program studi dimana sulit untuk lulus dalam 4 tahun dan baru sedikit orang yang berhasil lulus dalam 4 tahun. Dimana program studi yang lain yang berada dalam satu jurusan dengan program studi saya, mahasiswanya dapat lulus selama 3,5 tahun. Jadi, untuk lulus dalam waktu 3,5 tahun seperti sebuah mimpi tinggi dan ambisi hebat yang karena itu, banyak mahasiswa program studi yang saya jalani ini mengambil mata kuliah lebih dulu, saya akan mengatakannya dengan isitilah “menyodok”. Ternyata, sebagai angkatan pertama kelas paralel, kami tidak bisa lulus untuk lulus dalam waktu 3,5 tahun. Hal ini dikarenakan sebagai angkatan pertama kami mendapat mata kuliah yang telah terpaket selama 4 tahun dan tidak ada senior di atas kami dimana jika, kami memiliki senior, kami bisa saja belajar dan sekelas dengan mereka. Dengan kata lain, bangku kosong yang mungkin ada di kelas senoir hanya untuk mahasiswa ini memang adil? Saat pertama kali hingga sekarang, tidak sedikit dosen yang mengatakan bahwa kami sama saja halnya dengan anak reguler. Yang membedakan hanyalah soal bayaran, dimana kami tidak bisa mendaptkan diskon dan membayar lebih tinggi. Selain itu, mereka bilang klo lulus pun nanti ijazah kami tidak akan tertulis sebagai seorang Sarjana kenyataan berkata lain. Selain alasan-alasan diatas, saya cukup kecewa dengan kenyataan bahwa kami mendapatkan surat pengantar magang dimana disitu tertera status kami sebagai mahasiswa Sarjana tidak bermaksud memprovokasi. Saya hanya tidak suka dengan anggapan remeh dari kebanyakan orang yang menganggap kami masuk ke UI karena bayaran kami yang lebih tinggi. Padahal, sistem di UI tidak sama seperti jalur mandiri yang dimiliki oleh universitas negeri lain pada tahun-tahun lalu. Mahasiswa paralel memiliki jumlah bayaran masuk atau uang pendafataran yang telah ditetapkan atau tidak ada nego untuk pembayaran uang masuk. Seharusnya, orang-orang melihat secara keseluruhan, bukan secara garis besar yang intinya itu menomorduakan kami. Padahal, baik mahasiswa SI reguler maupun paralel sama-sama mendapatkan subsidi dari itu, saya sedang mengikuti suatu mata kuliah Kebijakan Publik. Dosen daya berkata bahwa biaya seorang mahasiswa untuk kuliah di UI dengan fasilitas-fasilitas yang ada, seperti contohnya papan tulis, spidol, pendingin ruangan, gaji dosen, gedung, dll sebesar 12 juta rupiah satu semester. Tidak jelas apakah itu secara keseluruhan fakultas atau hanya di FISIP kita semua memang disubsidi, karena biaya saya sebagai seorang mahasiswa paralel biaya 1 semester sebesar 7,6 juta rupiah. Dosen saya berkata jika, subsidi berasal dari kelas pascasarjana. Saya tidak mau menyebutkan siapa nama dosen itu, yang pasti dia adalah seorang kata, saya ingin meminta maaf jika, tulisan saya ini terasa tidak menyenangkan untuk dibaca. Ini hanyalah opini atau curahan hati saya selama ini. Sebenarnya, saya cukup mengerti bagaimana perasaan anak-anak reguler lainnya. Saya hanya ingin agar kebanyakan orang tahu apa yang sebenarnya terjadi dan dibalik semua hal terdapat suatu alasan. Apa perbedaan kelas reguler dan non reguler? Untuk Kelas reguler, memiliki batasan umur dan waktu kelulusan, 1-2 tahun kelulusan dari SMA. Sedangkan kelas non reguler atau pararel, tidak ada batasan umur, sehingga semua umur bisa berkuliah. Tentu saja kelas pararel atau non reguler lebih mahal, karena dengan biaya sendiri. Apa yang dimaksud dengan non reguler? Mahasiswa program non-reguler adalah mahasiswa yang mengikuti program pendidikan secara paruh waktu. Kelas Reguler artinya apa? KELAS REGULER adalah program perkuliahan yang dimiliki perguruan tinggi negeri maupun swasta baik sekolah tinggi, institut dan universitas. Waktu perkuliahan adalah senin hingga jumat dimulai dari pagi hingga sore hari. Apa itu program kuliah non Reguler? 2. Perkuliahan Program Non-Reguler. Menurut Ristek Dikti, perkuliahan program non reguler adalah program pendidikan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi Negeri yang diikuti oleh peserta didik secara paruh waktu pada program studi yang telah memperoleh ijin penyelenggaraan dari pemerintah. Program ini bertujuan untuk memberikan akses lebih besar kepada masyarakat Indonesia terhadap layanan pembelajaran di ITB khususnya untuk mata kuliah-mata kuliah tingkat Magister. Mata kuliah yang ditawarkan diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi masyarakat luas di Indonesia untuk menempuh pendidikan di ITB sebagai mahasiswa non regular. Mata kuliah yang ditawarkan adalah mata kuliah-mata yang relative popular, sedang menjadi topik yang perhatian masyarakat luas, pengenalan teknologi terbaru dan topik-topik penting pada masa sekarang ini. Secara umum pelaksanaan program ini dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut Selanjutnya

apa itu kelas non reguler